Senin, 15 Agustus 2011

Naskah Seorang Journalist di DBL


"A LITLE PURPLE HOLIC"
Inilah sebuah profil singkat dari seorang anak bangsa yang sedang mencari jati dirinya via kompetisi daerah bertaraf nasional. Yups... Development Basketball League (DBL), kompetisi pelajar terbesar di Indonesia ini jadi pijakan dalam menjemput asa dan cita pecandu Basket sejak 4 (empat) tahun terakhir. Ingin lebih lengkap who is that? Simak baik-baik prokap (profil lengkap) sang bintang masa depan ini.
Donny Endra Prastya atau biasa dipanggil Donny punya sikap yang baik dan bersahaja di dalam maupun di luar lapangan. Tidak berlebihan jika menempatkan pengagum Rajon Rondo dan Kelly Purwanto ini sebagai the rising star. Meski tak memiliki tubuh sekekar Shaq O’neill maupun setinggi Yao Ming, Doncil – panggilan akrab Donny diyakini punya kelebihan dan kemampuan yahud tuk jadi seorang bintang.
Cowok yang murah senyum ini kelahiran Bojonegoro, 09 Mei 1994. Pemilik tinggi badan 155 cm dengan berat badan 50 kg. merupakan Top Scorrer saat pertandingan babak utama melawan SMA 1 Sooko Mojokerto. Yang perlu dicatat, inilah kali pertama arek Suroboyo ini jadi pencetak skor terbanyak. Give applause deh!
Si Kecil yang berwarna ungu. Seperti halnya judul utama tulisan ini, pemain yang mengawali karir di dunia basket dengan klub Jersey no 9, membuka tirai dunia basket pada hidupnya sejak memasuki bangku SMP. Yang special lagi, nomor jersey tersebut dianggapnya mempunyai arti khusus dalam hidupnya. Nomor 9 diasosiasikan dengan tanggal lahirnya dan angka keberuntungannya.
Berawal dari niatan sederhana. Lahirlah sebuah keinginan untuk bisa lebih tinggi dan ajakan iseng dari teman waktu SMP yang menjadi pintu gerbang sebagai pemian basket seperti saat ini. Niatan sederhana itulah yang kini menjadi salah satu modal ia sebagai salah satu pemain yang berpengaruh di Timnya. Dan bukan itu saja yang membuat cowok pecinta warna ungu tersebut bisa seperti sekarang. Bukan hanya itu saja “Dukungan dan dorongan orang tua pastinya”, ujarnya.
Selain basket ia juga berlatih Futsal dengan serius di sekolah. Latihan Futsal agaknya memberikan kontribusi terhadap permainan basketnya. Maklum, posisinya di Futsal adalah penyerang, orang yang banyak melakukan gerakan berpindah dengan cepat untuk menangkap atau memainkan bola. Tidak heran selain kemampuan dribbling, Donny juga sebagai pencetak point yang tak perlu diragukan lagi.
Malah dengan kemampuannya sebagai pemain Futsal, ketika SD ia sempat menjadi salah satu perwakilan dari Surabaya dalam kompetisi tingkat PORPROV. Ketertarikan Doncil ini berlanjut sampai kelas satu SMA. Namun belakangan hanya memfokuskan diri di basket saja. Soal kenapa lebih memilih Basket daripada Futsal jawabnya sederhana “ikuti kata hati, karena hidup adalah sebuah pilihan”.
Cowok yang punya prinsip hidup “Jangan pernah takut untuk mengambil resiko, karena hidup adalah sebuah tantangan”, ucapnya dengan tegas dan mantap. Berkeinginan untuk bisa melanjutkan studinya di Kimia ITS dengan jalur SNMPTN.
Dengan ciri khas penampilan di lapangan maupun di luar lapangan yang selalu matching dengan warna ungu yang membuat putra bapak Sholehan ini semakin semangat saat pertandingan. Tidak lupa juga, ia melengkapi warna ungunya dengan mengkoleksi kaos, jersey, dan aksesoris lainnya, serta satu lagi yang wajib harus di kenakan oleh pemain basket adalah sepatu. Ia memakai sepatu full warna ungu yang menjadikan ia terlihat semakin kompak dengan warna kesukaan sang pacarnya tersebut.
Suasana pertandingan yang ramai oleh sorak-sorai pendukung tim lawan, Doncil sering melakukan hal-hal aneh dikala grogi. “Ya, seperti mendengerin lagu, nyanyi-nyanyi, bercandaan sama temen-temen nanti juga dengan sendirinya perasaan grogi itu hilang sendiri”, ungkap pemain yang suka mengenakan kaus kaki panjang ini. Ia sadar permainannya masih perlu diperbaiki untuk mengangkat prestasi timnya. Terutama sikap individunya di saat-saat penting timnya membutuhkan kemenangan.
Siswa kelas XII ini belum memutuskan sampai kapan ia bermain basket. Namun, penyuka warna ungu ini berjanji akan lebih serius bermain untuk kepentingan tim. Ia juga berikrar bakal terus menghadirkan hiburan di lapangan basket dengan keramahan dan tentunya gocekan maut ala a little purple holic. Raih dan kejar mimpimu, Donny!!!

Minggu, 14 Agustus 2011

Sejarah Tipografi


Tipografi


Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai  ‘visual language’,

yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk

menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca.  Peran dari pada

tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke

pengamat.  Secara tidak sadar manusia selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari,

setiap saat. Pada merek dagang komputer yang kita gunakan,  koran atau majalah yang kita

baca, label pakaian yang kita kenakan, dan masih banyak lagi.  Hampir semua hal yang

berhubungan dengan desain komunikasi visual mempunyai unsur tipografi di dalamnya.

Kurangnya perhatian pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi

kurang atau tidak komunikatif.


sumber : Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/design/

Tipografi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ciri huruf yang mudah dikenali: goresan (stroke), siripan (serif), dan sempitan (stress)
Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.


Sejarah Tipografi

Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis hurufHieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.
Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawimulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan [[Etruska] yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.

Jenis huruf

Secara garis besar huruf-huruf digolongkan menjadi:
  • Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
    • Serif, dengan ciri memiliki siripan di ujungnya. Selain membantu keterbacaan, siripan juga memudahkan saat huruf diukir ke batu.

      Contoh penggunaan huruf bersirip di nisan Johanna Christine, Museum Taman Prasasti
    • Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

      Salah satu contoh huruf slab serif di nisan Thomas de Souza, di pintu masuk Museum Taman Prasasti
    • Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
  • Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
  • Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Kejelasan bentuk huruf dan Keterbacaan

Kejelasan bentuk huruf (legibility) adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
  1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan siripan, kontras goresan, dan sebagainya.
  2. Penggunaan warna
  3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Keterbacaan adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
  1. Jenis huruf
  2. Ukuran
  3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
  4. Kontras warna terhadap latar belakang